1. Berdasarkan Hak Kepemilikan
- Saham Biasa (Common Stock)
Memberikan hak suara dalam RUPS dan hak atas dividen, tetapi pemegang saham biasa menerima sisa kekayaan perusahaan terakhir jika perusahaan dilikuidasi.
- Saham Preferen (Preferred Stock)
Tidak memiliki hak suara, tetapi punya prioritas dalam pembagian dividen dan hak atas aset jika perusahaan bangkrut.
2. Berdasarkan Kapitalisasi Pasar
- Saham Big Cap
Saham perusahaan besar dan mapan seperti BCA, Telkom, atau Astra. Umumnya stabil dan menjadi pilihan utama investor institusi.
- Saham Mid Cap
Saham perusahaan menengah yang sedang berkembang. Lebih berisiko dari big cap, tapi punya potensi pertumbuhan tinggi.
- Saham Small Cap
Saham perusahaan kecil, sering kali kurang likuid, namun bisa memberikan keuntungan besar jika perusahaan tumbuh pesat.
3. Berdasarkan Kinerja
- Saham Blue Chip
Perusahaan dengan reputasi kuat, fundamental kokoh, dan konsisten membagikan dividen. Cocok untuk investasi jangka panjang.
- Saham Gorengan
Saham dengan volatilitas tinggi yang sering digoreng oleh spekulan. Tidak disarankan bagi investor pemula karena berisiko tinggi.
Strategi Investasi Saham
1. Buy and Hold
Strategi ini mengkamulkan pembelian saham berkualitas dan menyimpannya dalam jangka panjang. Cocok bagi yang percaya pada pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
2. Trading Jangka Pendek
Membeli saham dengan tujuan dijual dalam waktu singkat untuk memanfaatkan fluktuasi harga harian. Butuh waktu, analisis, dan emosi yang kuat.
3. Value Investing
Mencari saham yang dijual di bawah nilai wajarnya (undervalued). Fokus pada analisis fundamental untuk menemukan “permata tersembunyi.”
4. Growth Investing
Fokus pada saham perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan pendapatan dan laba tinggi di masa depan. Biasanya harga saham sudah cukup tinggi karena ekspektasi pasar.
5. Dividend Investing
Strategi memilih saham dengan pembagian dividen yang stabil dan besar. Cocok bagi yang mencari pendapatan pasif.