Ketegangan Timur Tengah Harga Minyak Dunia Naik

Dunia37 Views
banner 468x60

Ketegangan Timur Tengah mengakibatkan harga minyak dunia mengalami lonjakan signifikan. Pada Senin, 23 Juni 2025, pukul 16:50 WIB, akibat meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Kenaikan ini dipicu oleh serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran, yang menandai eskalasi baru dalam konflik regional. Harga minyak mentah Brent melonjak 4% menjadi USD 85 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) naik 3,8% ke USD 82 per barel, menurut pantauan pasar global pada sore hari ini.

banner 336x280

Konflik memanas setelah AS bergabung dengan Israel. Dalam operasi militer yang menargetkan situs nuklir utama Iran, seperti Fordow, Natanz, dan Esfahan, pada akhir pekan lalu.

Keputusan ini diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump, yang menyebut serangan tersebut sebagai langkah strategis untuk menekan kemampuan nuklir Iran.

Namun, langkah tersebut memicu kekhawatiran pasar akan gangguan pasokan minyak.

Mengingat Iran merupakan produsen minyak terbesar kesembilan dunia dengan kapasitas 3,3 juta barel per hari.

Baca juga : Optimasi SEO TikTok untuk Penjualan Cepat dalam 12 Jam

Analis pasar energi, seperti Andi Wijaya, menyatakan bahwa ketidakpastian di Timur Tengah, terutama ancaman terhadap Selat Hormuz—jalur vital yang mengangkut 20% pasokan minyak global—menjadi pemicu utama kenaikan harga.

“Pasar bereaksi terhadap risiko gangguan pasokan. Jika situasi memburuk, harga bisa melampaui USD 90 per barel dalam waktu singkat,” ujarnya dalam wawancara Senin malam. Iran bahkan dikabarkan mempertimbangkan penutupan Selat Hormuz sebagai respons, yang dapat memperparah krisis energi global.

Di Indonesia, kenaikan harga minyak global memicu kekhawatiran akan dampak ekonomi. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) menyatakan tengah memantau perkembangan dan menyiapkan langkah antisipasi.

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Eko Listiyanto, memperingatkan bahwa jika harga minyak terus naik.

Kenaikan tersebut di atas USD 82 per barel—asumsi makro APBN—defisit neraca dagang Indonesia berpotensi melebar.

“Ini bisa meningkatkan biaya impor BBM dan memicu inflasi, terutama saat daya beli masyarakat sedang lesu,” katanya kepada media, Senin sore.

Pasar juga mencatat peningkatan premi asuransi laut dan biaya pengangkutan minyak dari Timur Tengah, yang naik hingga 90% sejak awal konflik. Investor global kini beralih fokus ke respons Iran, yang berjanji membalas serangan tersebut.

Beberapa analis memprediksi harga minyak bisa mencapai USD 100 per barel jika konflik meluas, sementara skenario ekstrem menyebutkan potensi hingga USD 130 per barel jika Selat Hormuz ditutup total.

Pemerintah Indonesia belum mengeluarkan kebijakan resmi terkait kenaikan harga BBM domestik, tetapi para pelaku usaha transportasi mengkhawatirkan tekanan pada biaya operasional.

Sementara itu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dijadwalkan menggelar pertemuan darurat untuk mengevaluasi dampak konflik terhadap pasokan global.

Sekjen PBB juga menyatakan “sangat khawatir” atas eskalasi ini, mendesak diplomasi untuk mencegah krisis lebih lanjut.

Konsumen diimbau untuk bersiap menghadapi fluktuasi harga, sementara pelaku pasar terus memantau dinamika Timur Tengah. Ketegangan ini tidak hanya mengancam stabilitas energi, tetapi juga perekonomian global, termasuk Indonesia yang bergantung pada impor minyak.

Hingga malam ini, belum ada tanda-tanda de-eskalasi, membuat harga minyak diperkirakan tetap tinggi dalam beberapa hari ke depan.

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *